Sebuah tulisan dari mahasiswa pendidikan guru di Finlandia. Semoga bisa menginspirasi :)
Memutuskan menjadi guru mudah
bagiku. Sebenarnya, itu sama sekali bukan pilihan, melainkan lebih sebuah proses pematangan dari mimpi masa
kanak-kanak ke tujuan realistis seorang dewasa. Ada banyak pendidik di keluargaku
dan mengajar ada di dalam darahku. Orangtuaku menyemangatiku untuk mengambil
arah itu. Mereka membantuku mendapatkan pekerjaan musim panas dan hobi yang
ditempat itu aku berkesempatan bekerja dengan anak-anak. Aku selalu mendapati
bahwa pekerjan-pekerjan itu memuaskan, menyenangkan, dan secara moral memenuhi
syarat. Aspek menyenangkan ketika bekerja
dengan anak-anaklah yang memengaruhiku ketika aku lulus sekolah menengah dan
melanjutkan karierku.
Selama mengajar paruh-waktu di
sekolah dan juga selama pendidikan guru di universitas, gambaran indah tentang
mengajar meredup dari waktu ke waktu, tetapi setiap kali ia selalu kembali
terang. Sekarang, ketika aku hampir lulus dan meraih gelar master untuk
mengajar sekolah dasar, aku mulai berpikir tentang apa artinya menjadi guru. Mengapa
aku melakukan ini? Pertama, ada dorongan
dari dalam untuk membantu orang menemukan kekuatan dan bakat mereka, serta juga
menyadari kelemahan dan kekuatan mereka. Aku ingin menjadi guru karena aku
ingin membuat perbedaan di dalam kehidupan anak-anak dan negeri ini. Kerjaku dengan anak-anak selalu berdasarkan
cinta dan kepedulian, berlaku lembut dan membanguan hubungan personal dengan
siapapun. Inilah salah satu cara yang terpikir olehku yang akan memberiku
kepuasan dalam hidup.
Tetapi, aku juga memahami bahwa
dalam pekerjaanku, aku akan memikul tanggung jawab amat besar, dengan upah yang
cukup, dan beban kerja yang berat. Aku juga tahu bahwa menurunnya sumber-sumber
finansial sekolah akan berlanjut dan akan memengaruhi kerjaku di sekolah. Di
Helsinki, masalah-masalah sosial yang makin banyak dihadapi anak-anak dalam
hidup mereka juga akan menjadi bagian dari kerjaku di kelas. Aku harus mampu
mengamati beragam individu dan menawarkan bantuan dalam situasi saat aku
sendiri mungkin belum siap. Aku menerima
bahwa kerjaku bukan hanya mengajarkan apa yang kusukai, tetapi juga bekerja
dalam suasana konflik, bekerja dengan sejawat yang tidak harus berpikir sama
dengan pikiranku, dan berkolaborasi dengan orang tua yang berbeda-beda dalam
mendidik anak-anak mereka. Tanpa ragu, aku akan terus mempertanyakan dalam
diriku apakah memang pekerjaan ini benar-benar bernilai.
Pendidik Finlandia terkenal,
Matti Koskenniemi, menggunakan istilah “cinta pedagogis” yang juga merupakan
landasan teori tindakanku sendiri sebagai guru. Mengajar barangkali, lebih daripada pekerjaan lain, adalah profesi yang
berhasil kau jalani hanya ketika engkau berhasil memberikan hati dan
kepribadianmu. Setiap guru memiliki gaya dan filosofi mengajarnya
masing-masing. Mungkin, ada banyak motivasi untuk menjadi guru. Punyaku sendiri
adalah aku ingin berbuat baik kepada
orang lain, peduli, dan mencintai mereka. Aku sungguh mencintai mereka dan karena
itu aku akan menjadi guru.
Veera Salonen,
Mahasiswa pendidikan guru Universitas Helsinki
Dikutip dari buku “Finnish Lessons” karya Pasi Sahlberg
(Pakar pendidikan Finlandia dan Internasional)