Apakah untuk
seseorang yang pernah singgah di
kehidupan kita? kemudian pergi tanpa permisi.
Apakah untuk seseorang
yang jauh di sana? tanpa memberi kabar apa dia baik-baik saja.
Apakah untuk seseorang
yang mungkin sedang disiapkan oleh-Nya? yang kelak menjadi titik perhentian
terakhirnya.
Semuanya baik-baik saja sebelum rindu
itu datang menghampiri. Membuat sesak pemilik titipan rindu. Wajah sendu
semakin sering muncul tatkala seribu pengandaian di kepala tak kunjung menjadi
nyata. Siapa pemiliknya? darimana rindu itu datang? mangapa dititipkan padanya?
menjadi pertanyaan setiap kali air mata jatuh membasahi pipinya.
Bukankah ia telah mengikhlaskan
seseorang yang telah pergi tanpa pamit. Ia juga tak berharap banyak pada
seseorang yang jauh di sana. Mungkinkah rindu ini milik seseorang yang sedang
dipersiapkan untuknya kelak. Jika iya, mengapa dirinya tidak bersabar?
Sepertinya rindu itu bukan milik
siapa-siapa. Rindu itu hanya milik seseorang yang berharap dirinya dititipkan
rindu oleh-Nya. Namun saat diberikan, Ia tak mampu mengaturnya.
Bukan salahku
jika aku merindukan seseorang.
Bukan pula
salahku, jika kamulah seseorang yang ku rindukan.
Sekarang bukan
waktunya untuk mencari kesalahan.
Tapi, waktunya
untuk mengobati rinduku.
(Makassar,15 Maret 2014)-Ina Novita-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar