Hari ini
hujan lagi. Miranda
memandang air hujan yang jatuh membasahi tanah. Walau matanya terlihat fokus
melihat titik-titik hujan
itu, namun sebenarnya pikirannya
melayang, memikirkan sesuatu. Miranda
menarik napas panjang dan mengalihkan pandangannya. Lalu, terluncur dari
bibirnya “Aku harus menemuinya”. Ia membalikkan badan, mengambil sebuah tas kecil
dan payung miliknya, kemudian berjalan ke luar
menuju suatu tempat.
Hujan mulai redah ketika Miranda berjalan menelusuri sebuah bukit
yang tak jauh dari rumahnya. Ia melewati ilalang dan pepohonan yang menjulang
tinggi. Sesekali Ia
memegang dedaunan yang di
atasnya terdapat butiran-butiran air sisa hujan tadi.
“Aku
harap, kali ini dia memenuhi
janjinya” kata Miranda.
Miranda
sampai di tempat tujuan. Di puncak sebuah bukit. Ia kemudian duduk di sebuah batu yang
ukurannya cukup besar. Pemandangan dari bukit itu saat indah. Setiap orang akan
betah di sana, termaksud
Miranda.
3 tahun yang lalu, ditanggal, dibulan dan ditempat yang sama, Miranda juga
menikmati pemandangan yang indah ini. Tapi, Ia tidak sendiri. Ada seseorang
yang menemaninya.
“Kapan pulang? Apa kamu lupa jalan
pulang?” batin Miranda.
“Lalu, apa yang kamu lakukan
sekarang?”
“Tanpamu, aku akan baik-baik saja. Tapi, apa
kamu hanya ingin melihatku baik? Apa kamu tidak ingin melihatku bahagia? Aku
bahagia bila bersama denganmu, di sini” lanjutnya.
Hanya inilah yang dapat Miranda lakukan. Setiap akhir bulan April pergi ke
tempat yang penuh dengan kenangan baginya. Tidak ada yang berubah dari tempat
itu. Semuanya masih sama. Termaksud penantiannya.
Miranda Mengambil sebuah buku catatan dan pulpen dari dalam tas kecilnya.
Ia menuliskan perasaannya di lembaran kertas itu.
Ini tentang..
Rasa
yang tersimpan, yang tersembunyi dengan aman.
Rasa
yang terpendam, yang hanya sebatas angan.
Rasa
yang ingin disampaikan, namun terhalang oleh keadaan.
Rasa
yang tak kunjung diucapkan karena berbagai alasan.
Ini
tentang..
Keberanian
yang tak pernah ditampilkan.
Rasa
bertahan yang sedikit dipaksakan.
Panggilan
hati yang tak pernah ada jawaban.
Menunggu
dan rindu yang saling bergandengan.
Ini
tentang aku...
Ini
tentang rindu...
Ini
tentang kamu...
Ini tentang, aku yang merindukanmu...
Miranda menutup buku catatannya. Ia menyimpannya kembali ke dalam tas di
sampingnya. Ingin sekali rasanya Ia menutup semua kenangan-kenangannya,
kenangan di bukit itu, tapi tak bisa Ia lakukan. Semuanya tidak semudah menutup
buku catatan kecilnya.
Kemudian matanya kembali menikmati keindahan alam di bukit itu. Berharap
mendapat jawaban atas semua keresahan hatinya. Setidaknya dapat mendamaikan
hatinya yang sedang kacau, meski tidak sepenuhnya. Bahkan, pemandangan itu bisa
membuat hatinya semakin kacau, saat kenangan itu kembali muncul di benaknya. Memang
benar, hati
sering beraksi dengan berbagai gerakannya hingga tak jarang menyulitkan
pemiliknya.
“Karena menunggu bukan hal yang
menyiksa, jika seseorang yang ditunggu benar-benar ada”, kalimat
itu keluar dari mulut Miranda. Apa yang ditunggu benar-benar ada, apa rindu Miranda
akan ada jawabnya. Sekian tahun menunggu namun tak pernah ada jawabannya.
Tuhan pasti
punya rencana yang indah. Untuk setiap orang yang berusaha. Tidak tahu kapan, hanya perlu sedikit
bersabar dan rasakan keindahannya.
“Rindu ini sungguh menyiksa, karena aku tak tahu apa dia benar-benar ada.” Sampai
saat itu, seseorang yang ditunggu tak kunjung tiba. Miranda kembali menarik
napas panjang, lalu mengambil tas kecil
dan payung miliknya. Ia beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan bukit itu.
Langkah kecilnya berusaha menerobos rintik-rintik hujan.
“AKU PULANGGG!” teriak Miranda.
3 tahun yang
lalu, di bukit itu, ada sebuah harapan dari seseorang yang ingin lebih baik,
maka Miranda ikhlas melepaskan. Sebuah harapan yang bisa membawa seseorang itu
pada sebuah kesuksesan, maka Miranda berusaha bertahan. Harapan seseorang yang
ditutup Miranda dengan sebuah pesan "Jangan lupa pulang!".
Kamu tahu, setiap orang pernah
merasa sedih dan aku merasakannya hari ini. Sebenarnya kesedihan bukan sesuatu
yang perlu disesalkan. Kita harus ingat, dunia ini diciptakan secara seimbang.
Percayalah setelah kesedihan akan ada
kebahagiaan. Mungkin hari
ini merasa sedih, tapi hari esok masih ada peluang untuk bahagia. Sekecil apapun
peluang itu, kebahagaian itu pasti datang. Jadi, tak perlu khawatir dengan
kesedihan, karena
kita sedang dipersiapkan untuk menuju KEBAHAGIAAN.
Miranda berharap mendapat kalimat kekuatan. Kenyataannya Miranda seperti
dijatuhi sebuah beban yang amat berat, tepat mengenai tubuh Miranda dan
perihnya terasa hingga ke tulang-tulang, saat semua orang yang mengenalnya
mengatakan “Dia tak akan pulang”. Dan Miranda selalu menguatkan dirinya dengan,
“Sebenarnya dia ingin pulang, dia hanya tersesat saat menuju pulang, yang harus
ku lakukan adalah memberikanya petunjuk agar dia sampai padaku dengan selamat.
Dia pasti pulang” batin Miranda.
Rindu itu
tentang waktu dan waktu itu ilusi. Maka, Rindu hanyalah ilusi.
Saat terlalu jauh kakimu
melangkah, saat terlalu lama kamu meninggalkan,
Ingatlah pulang...
“Kalau
pergi, ingat pulang, (selagi) aku
masih menunggumu.....”
Gambar by @MuthMutt :))
Buat Mutiah Sari alias Mutmut:
Terima kasih untuk gambar kerennya. Maaf tulisanku kepanjangan yang mengharuskan kamu pakai imajinasi tingkat ALAYmu. hahaha :D Oyah, ku tegaskan cerita ini hanyalah cerita fiktif bukan seperti yang kamu bayangkan, hehehe :p
Dan sepertinya aku ketagihan berduet denganmu.. :))
(Makassar, 28 April 2014) -Ina Novita-
Haha.. yg kena malah sy mungkin.. eeh.. ttg rndunya jii.. jln crita beda..
BalasHapusMmg mnunggu itu mlelahkan skli kk inov..
Iya boleh boleh.. klo ad ide crita lagi kabarii.. hihii
Ciee, yang kena ciee... :)) setiap orang punya ceritanya masing-masing, selamat menunggu kaka Mutmut #ehh :p haha :D
Hapusyapp, nnti saya kabari lagi :))
btw, tengkyu sdh berkunjung ke blog ini :')