Di
bulan yang penuh berkah ini, semua orang yang terpisah jarak berharap bisa berkumpul dengan
keluarganya. Jika tidak memungkinkan, mereka akan menghubungi sanak saudara yang berada di perantauan, lalu saling meminta maaf atas kesalahan. Tujuannya, agar siap lahir dan bantin untuk
menjalani ibadah selama sebulan ke depan. Ketika terpisah jarak telah menemui solusinya, bagaimana dengan mereka
yang terpisah dengan kematian? Mungkin yang tersisa di hati mereka
hanya duka atas kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. atau mungkin mereka sedang berusaha berdamai dengan takdirNya sembari memperbanyak doa.
Kehidupan dan kematian adalah kuasa Allah yang tak seorangpun bisa mengubahnya. Bila terlahir sebuah kehidupan, maka suatu saat akan ada kematian. Tidak mengenal tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya, kematian akan menjemput kita semua. Sedang kita tidak dapat menghindar bahkan berpaling sekejap sekalipun.
"Dan, tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakan besok. Dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati" (QS. Luqman: 34)
Bagi mereka yang ditinggalkan, kematian berarti kehilangan. Kehilangan yang memisahkan, kehilangan yang menyakitkan, kehilangan yang membuat kita ikhlas dan berserah diri hanya padaNya. Kehilangan juga yang mengajarkan kita untuk selalu mempersiapkan diri menghadapNya. Membawa bekal terbaik kita selama hidup. -maka hiduplah dengan baik-
Pernahkah kita membayangkan akan kehilangan seseorang yang kita sayangi? hari ini seorang anak bercerita tentang kenangan bersama ibunya, " Dulu, ibulah orang yang paling sabar membangunkanku untuk sahur. Jika sore hari, ibu selalu mengajakku untuk menyiapkan makanan untuk berbuka puasa bersama, tapi sekarang berbeda. Ibu telah tiada.
Saat ia mengisahkan kenangan bersama ibunya, ada sesak yang berkecamuk dalam dada. Tak bisa membayangkan berada di posisinya. Pada akhirnya, Saya mengira akan ada tangisan di ujung kisah, tapi saya salah. Menurut saya, semua itu bukan karena dia adalah wanita yang kuat. Bagi saya dia adalah contoh orang yang memiliki kehilangan.
Siap memiliki berarti siap kehilangan. maka, Memiliki kehilangan adalah tanda bahwa semua hanyalah titipan. -semoga saya bisa mengambil hikmahnya-
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menulis SIGi Makassar, #SigiMenulisRamadhan. Baca tulisan teman lainnya di sini:
nuralmarwah.com
bukanamnesia.blogspot.com
nurrahmahs.wordpress.com
rahmianarahman.blogspot.com
kyuuisme.wordpress.com
rancaaspar.wordpress.com
burningandloveable.blogspot.com
inditriyani.wordpress.com
uuswatunhasanah.tumblr.com
Palu, 7 Juni 2016 -Ina Novita-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar