Jika mengingat saat pertama
kalinya menginjakkan kaki di Kota Palu, setelah hampir 4 tahun lamanya menimbah
ilmu di kota Makassar, ada perasaan haru biru di sana. Sebab saat itu, menjadi
sebuah kepulangan untuk “pertama” kalinya bagi saya. Sebenarnya, ada perasaan
tidak rela meninggalkan kota Makassar yang telah begitu banyak menyimpan
kenangan. Ada keluarga yang begitu hangat, teman-teman di kampus yang sudah
seperti keluarga –Fluida- dan ditambah lagi dengan adanya keluarga baru di komunitas
Sahabat Indonesia Berbagi (SIGi) Makassar. Kesemuanya menjadi alasan yang
memberatkan untuk segera meninggalkan kota dengan sebutan kota Daeng itu.
Tapi, Bukankah semua yang pergi
harus pulang? Yang meninggalkan harus kembali? Senyaman apapun kondisi kita,
sehebat apapun kita, ingatlah, kita berangkat dari mana. “Rumah” adalah tempat
kembali yang selalu setia menunggu kita pulang. Bukan untuk memundurkan langkah
kita, melainkan untuk mengumpulkan energi baru yang siap membawa kita untuk
melompat lebih jauh. Maka, setelah perkuliahan saya tunaikan, saya membulatkan
tekad untuk pulang ke sebuah tempat yang saya sebut dengan “Rumah".
Saya ingat, saat ingin pulang,
beberapa kakak dari komunitas SIGi Makassar pernah berpesan, “Nov, kalau pulang jangan lupa buat SIGi Palu
di sana”, Pesan yang sepertinya lebih menjurus ke sebuah permintaan itu,
hanya saya balas dengan sebuah senyuman. Meskipun dalam hati saya menjawab “Tidak semudah itu kak”. Saya yang sejak
dulu lebih memilih untuk mengikuti ketimbang membuat sebuah gerakan/komunitas
sepertinya dilanda ketidakPDan.
Singkat cerita, setelah hampir 2
tahun di kota yang terkenal dengan makanan khas Kaledonya ini -jadi lapar-, dan atas
“desakan” –ahh, saya lebih suka menyebutnya dukungan- dari Kakak SIGiers (Sebutan untuk volunteer SIGi), akhirnya, saya berniat
membentuk regional baru untuk komunitas Sahabat Indonesia Berbagi, SIGi PALU.
Pembentukan SIGi Palu ini,
ditandai dengan kegiatan perdana yang kami (saya dan beberapa teman yang ikut
mendukung) akan laksanakan di salah satu panti asuhan di kota Palu. Tujuannya
sederhana, untuk berbagi ceria dan inspirasi bagi adik-adik di sana.
Beberapa hari sebelum kegiatan
dilaksanakan, ada begitu banyak dukungan yang mengalir. KetidakPDan di awal tadi kini berubah menjadi
semangat berkali lipat dari sebelumnya. Dan banyaknya dukungan dari teman-teman
di kota Palu sempat membuat saya terharu. Bagaimana tidak, mereka rela
menyisihkan sebagian rezeki mereka untuk berdonasi, meluangkan waktu sibuk
mereka untuk mengurusi beberapa keperluan, dan menggunakan tenaga sisa puasa
mereka untuk ikut membantu agar kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Saya
sungguh bersyukur mengenal kalian.
H-1 kegiatan, bantuan masih terus berdatangan, Saya sempat
berkirim pesan kepada salah satu SIGiers Palu,
dan mengabari donasi yang masuk malam itu.
“Alhamdulillah”
“Ini rezeki adik-adik.
Jadi, Jangan takut untuk membuat kegiatan sepeti ini, karena mereka punya
rezeki masing-masing”
“Jika kau hitung
nikmat, maka kamu tidak akan sanggup menghitungnya” (Q.S. Ibrahim: 34)
Malam itu, ada kenangan yang kembali muncul saat pertama
kali menginjakkan kaki di kota Palu. Selepas turun dari burung besi raksasa
yang membawa saya ke kota Palu, ada sebuah janji yang saya ucap di dalam hati,“Saat kau temukan
bahagiamu di sana, maka kau juga bisa menciptakan bahagia itu di sini.
Kebahagian sejati hadir
saat kita mau berbagi. Tidak percaya? Coba saja sendiri!
Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menulis SIGi Makassar, #SIGiMenulisRamadhan. Baca tulisan tema lainny di sini:
nuralmarwah.com
bukanamnesia.blogspot.com
nurrahmahs.wordpress.com
rahmaniarahman.blogspot.com
kyuuisme.wordpress.com
rancaaspar.wordpress.com
burningandloveable.blogspot.com
inditriyani.wordpress.com
begooottt.wordpress.com
uuswatunhasanah.tumblr.com
ayutawil.blogspot.co.id
Palu, 13 Juni 2016 -Ina Novita-
Palu, 13 Juni 2016 -Ina Novita-
ketje...sudah bisa bikin SIGi Palu, saya sendiri sampai hari ini masih terlalu pengecut untuk menginisiasi SIGi Polman -____-"
BalasHapus