Jumat, 29 Agustus 2014

Senja di Lakkang





Segala yang kulihat mengajariku agar percaya pada Sang Pencipta tentang segala hal 
yang tak terlihat olehku. -Ralph Waldo Emerson-


(Lakkang, Ramadhan 2014). -Ina Novita-

Minggu, 24 Agustus 2014

Altria, apa yang kau sembunyikan di balik janjimu?

Untuk para penebar janji, yang entah kapan kalian memenuhi janji itu, tersenyumlah. Sembari kalian menemukan waktu, tempat dan suasana yang tepat, yang dapat kalian atur sedemikin hingga tak hanya kalian yang nantinya merasa berbunga-bunga, tapi juga mereka yang telah kalian beri harapan. Sekali-kali, penuhilah permintaan mereka yang menurut kalian tak mungkin.

Untuk para penerima harap, sungguh tak pantas kalian menuntut ini dan itu. Ini saja mereka tak sanggup wujudkannya, apalagi itu. Harapanmu untuk menggenggam senja begitu tinggi, apalagi membawanya pulang. Bukankah hal-hal sederhana juga harapan?! Yang terpenting kalian masih bisa tersenyum.

Tersenyumlah, hingga kalian semua tahu perasaan Altria. Yang berjanji dengan janji yang begitu sederhana, tapi tak akan pernah bisa ia penuhi karena satu hal, kematian. Semoga kalian semua masih bisa tersenyum.


"Maaf, untuk pertemuan yang ku janjikan" -Altria-



(Makassar, 24 Agustus 2014) -Ina Novita-

Minggu, 17 Agustus 2014

Mengapa Aku Ingin Menjadi Guru



Sebuah tulisan dari mahasiswa pendidikan guru di Finlandia. Semoga bisa menginspirasi :)

Memutuskan menjadi guru mudah bagiku. Sebenarnya, itu sama sekali bukan pilihan, melainkan lebih sebuah proses pematangan dari mimpi masa kanak-kanak ke tujuan realistis seorang dewasa. Ada banyak pendidik di keluargaku dan mengajar ada di dalam darahku. Orangtuaku menyemangatiku untuk mengambil arah itu. Mereka membantuku mendapatkan pekerjaan musim panas dan hobi yang ditempat itu aku berkesempatan bekerja dengan anak-anak. Aku selalu mendapati bahwa pekerjan-pekerjan itu memuaskan, menyenangkan, dan secara moral memenuhi syarat. Aspek menyenangkan ketika bekerja dengan anak-anaklah yang memengaruhiku ketika aku lulus sekolah menengah dan melanjutkan karierku.

Selama mengajar paruh-waktu di sekolah dan juga selama pendidikan guru di universitas, gambaran indah tentang mengajar meredup dari waktu ke waktu, tetapi setiap kali ia selalu kembali terang. Sekarang, ketika aku hampir lulus dan meraih gelar master untuk mengajar sekolah dasar, aku mulai berpikir tentang apa artinya menjadi guru. Mengapa aku melakukan ini? Pertama, ada dorongan dari dalam untuk membantu orang menemukan kekuatan dan bakat mereka, serta juga menyadari kelemahan dan kekuatan mereka. Aku ingin menjadi guru karena aku ingin membuat perbedaan di dalam kehidupan anak-anak dan negeri ini. Kerjaku dengan anak-anak selalu berdasarkan cinta dan kepedulian, berlaku lembut dan membanguan hubungan personal dengan siapapun. Inilah salah satu cara yang terpikir olehku yang akan memberiku kepuasan dalam hidup.

Tetapi, aku juga memahami bahwa dalam pekerjaanku, aku akan memikul tanggung jawab amat besar, dengan upah yang cukup, dan beban kerja yang berat. Aku juga tahu bahwa menurunnya sumber-sumber finansial sekolah akan berlanjut dan akan memengaruhi kerjaku di sekolah. Di Helsinki, masalah-masalah sosial yang makin banyak dihadapi anak-anak dalam hidup mereka juga akan menjadi bagian dari kerjaku di kelas. Aku harus mampu mengamati beragam individu dan menawarkan bantuan dalam situasi saat aku sendiri mungkin belum siap. Aku menerima bahwa kerjaku bukan hanya mengajarkan apa yang kusukai, tetapi juga bekerja dalam suasana konflik, bekerja dengan sejawat yang tidak harus berpikir sama dengan pikiranku, dan berkolaborasi dengan orang tua yang berbeda-beda dalam mendidik anak-anak mereka. Tanpa ragu, aku akan terus mempertanyakan dalam diriku apakah memang pekerjaan ini benar-benar bernilai.

Pendidik Finlandia terkenal, Matti Koskenniemi, menggunakan istilah “cinta pedagogis” yang juga merupakan landasan teori tindakanku sendiri sebagai guru. Mengajar barangkali, lebih daripada pekerjaan lain, adalah profesi yang berhasil kau jalani hanya ketika engkau berhasil memberikan hati dan kepribadianmu. Setiap guru memiliki gaya dan filosofi mengajarnya masing-masing. Mungkin, ada banyak motivasi untuk menjadi guru. Punyaku sendiri adalah aku ingin berbuat baik kepada orang lain, peduli, dan mencintai mereka. Aku sungguh mencintai mereka dan karena itu aku akan menjadi guru.


Veera Salonen,
Mahasiswa pendidikan guru Universitas Helsinki
Dikutip dari buku “Finnish Lessons” karya Pasi Sahlberg (Pakar pendidikan Finlandia dan Internasional)