Kamis, 09 Juni 2016

Menggenggam waktu


Untuk setiap detik yang berlalu. Ada harapan kosong yang pergi begitu saja. Meninggalkan para pemimpi-pemimpi yang tak mau berusaha, pada waktu yang bersamaan. Seperti itulah waktu, selalu melambaikan tangan kepada mereka yang hanya ingin duduk diam di tempat. Akan tetapi memaksa yang ingin berjuang untuk terus berlari mengejar, menggapai apapun yang ada di depannya. Hingga tak ada kesempatan baginya untuk mengatakan, kehabisan waktu.

Untuk setiap menit yang berlalu. Ada harapan yang tidak menemukan jalannya. Bukan karena tersesat, tapi karena waktu yang tidak lagi tepat. Harapan yang terlambat, memang tidak ada salahnya. Tapi, cobalah kita bayangkan, ada berapa harapan-harapan baik yang bisa jadi kenyataan jika kita memaksimalkan waktu kita. Saat waktu pergi, barulah terasa penyesalan yang mendalam.

Untuk setiap jam yang berlalu. Ada orang-orang yang sedang sibuk di jalanan. Mengutuk waktu yang katanya terlalu cepat meninggalkan. Padahal kita yang sedang menyianyiakannya. Dan setiap kita, diberikan waktu yang sama dalam sehari semalam. Namun, hanya sebagian orang yang menghargainya. Sebagian lagi hanya sebagai penonton waktu. Meski begitu, waktu akan terus berjalan. Menggenggamnya adalah pilihan.

Menggenggam waktu adalah sebuah kekuatan untuk kita agar terus bergerak bersama (waktu). Saat waktu di genggaman, ada alasan untuk kita terus berlari, ada alasan untuk kita bangkit lagi, ada alasan untuk tidak duduk diam dan tentunya ada alasan untuk kita tetap melakukan hal-hal yang baik.

Genggam terus waktu yang kita punya. Jangan biarkan dia meninggalkan kita, meski hanya sejengkal di hadapan kita. Letakkan ia di tangan yang genggamannya paling kuat, jangan sampai terlepas. Lalu, kita melangkah bersama-sama hingga tak ada satupun yang terasa sia-sia. Karena ketahuilah, waktu tersebut tidak akan terus bersama kita. Suatu saat ia akan pergi, tak bisa lagi kita menggenggamnya. Ia akan kembali ke Sang Pemilik Waktu. Hingga tidak ada lagi waktu kita di bumiNya.

("Berapa tahunkah kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu mengetahuinya.") (QS. Al-Mu'minun: 112-114)

Saat waktu meninggalkan kita. Buatlah waktu tersenyum bangga, karena kita telah berjuang bersama-sama dengannya. Meski banyak krikil tajam yang kita temui selama perjalanan, itu tidak membuat tangan kita melepaskan genggamannya. Bahkan, kita menggengam waktu menjadi lebih kuat dan semakin kuat.

Waktu bukanlah penentu hasilnya, Ia hanya menemani kita selama menjalani proses kehidupan. Dan katakanlah selamat jalan padanya, jika apa yang kita impikan telah menggantikan posisinya di genggaman kita. -Tulisan ini dibuat untuk menegur diri saya pribadi, yang hari ini telah menyianyiakan waktu. Mari berdoa, semoga setelah ini akan ada perubahan-


Tulisan ini diikutkan dalam tantangan kelas menuls SIGi Makassar, #SigiMenulisRamadhan. Baca tulisan teman lainnya di sini:
 

nuralmarwah.com  

bukanamnesia.blogspot.com  
nurrahmahs.wordpress.com 
rahmianarahman.blogspot.com  
kyuuisme.wordpress.com 
rancaaspar.wordpress.com 
burningandloveable.blogspot.com 
inditriyani.wordpress.com
begooottt.wordpress.com
uuswatunhasanah.tumblr.com  
 
Palu, 9 Juni 2016 -Ina Novita-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar